Wanita Tua Tewas Terjun Dari Lantai 21 Apartemen
KELAPA GADING (Pos Kota) – Penghuni Apartemen Mediterania Residence, Jakut, Rabu (2/3) sore geger. Mereka terkejut dengan aksi nekat seorang wanita yang melompat dari lantai 21. Perempuan itu tewas seketika setelah tubuhnya menghantam lantai dasar.
Tubuh Innati Kusumo, 52, korban, tergeletak dengan posisi telentang. Ibu tiga anak yang mengenakan kaos oranye dan celana jins hitam itu sempat terhempas di balkon lantai 1, lalu jatuh ke lantai dasar apartemen Jl. Boelevard BGR, Kelapa Gading Barat. “Sebelum terjun saya lihat ada yang narik tangan perempuan itu,” ungkap Aji, 12, saksi mata.
Perasaan depresi yang sudah tiga tahun diidap oleh korban diduga menjadi pemicu aksi nekat Innati. Hal itu diungkapkan suami korban, Frehtje Toari. Pria 55 tahun ini mengaku sempat dihubungi istrinya sebelum melompat.
“Dia bilang agar saya menjaga anak-anak karena dia mau melompat. Istri saya memang suka depresi dan kondisi itu sudah tiga tahun dialaminya,” katanya pewiraswasta ini tanpa merinci penyebab depresi Innati.
Saat menerima telepon itu, Frehtje menduga istrinya sedang bercanda. Perkiraan itu meleset. Ia mendapat kabar duka wanita pendamping hidupnya telah meninggal karena melompat dari gedung bertingkat. “Ternyata kalimat itu adalah ucapan terakhir dia,” ucapnya sedih.
DITARIK SATPAM
Keluarga Innati tak tinggal di apartemen tersebut. Keberadaannya di rumah susun mewah itu diketahui sebagai tamu salah satu penghuni apartemen. Innati dan keluarganya selama ini tinggal di Jl. Suprapto, Johar, Baru, Jakarta Pusat.
Menurut Customer Service Apartemen Mediterania Residence, Dewi, sekitar Pk. 16.00, korban datang sendirian untuk berkunjung ke penghuni kamar di lantai 21. “Dia bertamu ke kamar CA 21 AA yang dihuni Andreas Wihardja. Namun saat itu ia hanya menemui istri Pak Andreas,” jelasnya.
Dewi menduga aksi nekat dilakukan saat Innati ditinggal sendiri oleh pemilik kamar. Keluar melalui jendela, Innati menuju balkon. Ulah perempuan ini sempat dipergoki tetangga kamar yang langsung melapor ke petugas keamanan apartemen.
“Setelah mendapat laporan, satu petugas mencoba mencegah niat korban dengan menariknya,” lanjut Dewi. Upaya itu kandas karena wanita itu berontak lalu terjun dengan posisi kepala mengarah bawah.
Kapolsek Kelapa Gading, Kompl Donny Adityawarman, yang dimintai konfirmasi belum mau memberi keterangan lengkap. “Kami belum bisa memastikan motif dibalik aksi nekat korban, kita masih memintai keterangan saksi-saksi,” ujar Kapolsek Kelapa Gading Kompl Donny Adityawarman. (ilham/B).
ANALISA :
Paragraf Pertama : “KELAPA GADING (Pos Kota) – Penghuni Apartemen Mediterania Residence, Jakut, Rabu (2/3) sore geger. Mereka terkejut dengan aksi nekat seorang wanita yang melompat dari lantai 21. Perempuan itu tewas seketika setelah tubuhnya menghantam lantai dasar.”
Seharusnya :
KELAPA GADING (Pos Kota) – Penghuni Apartemen Mediterania Residence, Jakut, Rabu (2/3) sore heboh. Mereka terkejut dengan aksi nekat seorang wanita yang terjun dari lantai 21. Perempuan itu tewas seketika setelah tubuhnya menghantam lantai dasar.
Paragraph kedua : “Tubuh Innati Kusumo, 52, korban, tergeletak dengan posisi telentang. Ibu tiga anak yang mengenakan kaos oranye dan celana jins hitam itu sempat terhempas di balkon lantai 1, lalu jatuh ke lantai dasar apartemen Jl. Boelevard BGR, Kelapa Gading Barat. “Sebelum terjun saya lihat ada yang narik tangan perempuan itu,” ungkap Aji, 12, saksi mata.”
Seharusnya :
Tubuh Innati Kusumo, 52, korban, tergeletak dengan posisi telentang. Ibu tiga anak yang mengenakan kaos orange dan celana jins hitam itu sempat terlempar di balkon lantai 1, lalu jatuh ke lantai dasar apartemen Jl. Boelevard BGR, Kelapa Gading Barat. “Sebelum terjun saya melihat ada yang menarik tangan perempuan itu,” ungkap Aji, 12, saksi mata.
Paragraph ketiga ; “Perasaan depresi yang sudah tiga tahun diidap oleh korban diduga menjadi pemicu aksi nekat Innati. Hal itu diungkapkan suami korban, Frehtje Toari. Pria 55 tahun ini mengaku sempat dihubungi istrinya sebelum melompat.”
Seharusnya :
Perasaan depresi yang sudah tiga tahun diderita oleh korban diduga menjadi pemicu aksi nekat Innati. Hal itu diungkapkan suami korban, Frehtje Toari. Pria 55 tahun ini mengaku sempat dihubungi istrinya sebelum melompat.
Paragraph keempat : “Dia bilang agar saya menjaga anak-anak karena dia mau melompat. Istri saya memang suka depresi dan kondisi itu sudah tiga tahun dialaminya,” katanya pewiraswasta ini tanpa merinci penyebab depresi Innati.”
Seharusnya :
Dia bilang agar saya menjaga anak-anak karena dia mau lompat/bunuh diri. Istri saya memang suka depresi dan kondisi itu sudah tiga tahun dialaminya,” katanya pewiraswasta ini tanpa merinci penyebab depresi Innati.
Paragraph kelima : “Saat menerima telepon itu, Frehtje menduga istrinya sedang bercanda. Perkiraan itu meleset. Ia mendapat kabar duka wanita pendamping hidupnya telah meninggal karena melompat dari gedung bertingkat.”
Seharusnya :
Saat menerima telepon itu, Frehtje menduga istrinya sedang bercanda. Perkiraan itu meleset. Ia mendapatkan kabar duka wanita pendamping hidupnya telah meninggal karena lompat/bunuh diri dari gedung bertingkat.
Paragraph keenam : “Keluarga Innati tak tinggal di apartemen tersebut.”
Seharusnya :
Keluarga Innati tidak tinggal di apartemen tersebut.
Paragraph kesembilan : “Setelah mendapat laporan, satu petugas mencoba mencegah niat korban dengan menariknya,” lanjut Dewi. Upaya itu kandas karena wanita itu berontak lalu terjun dengan posisi kepala mengarah bawah.”
Seharusnya :
Setelah mendapatkan laporan, satu petugas mencoba mencegah niat korban dengan menariknya,” lanjut Dewi. Upaya itu sia-sia karena wanita itu berontak lalu terjun dengan posisi kepala mengarah bawah.
Paragraph kesepuluh : “Kapolsek Kelapa Gading, Kompl Donny Adityawarman, yang dimintai konfirmasi belum mau memberi keterangan lengkap.”
Seharusnya :
Kapolsek Kelapa Gading, Kompl Donny Adityawarman, yang dimintai konfirmasi belum ingin memberi keterangan yang lengkap.
DAFTAR PUSTAKA : (http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2011/03/03/wanita-tua-tewas-terjun-dari-lantai-21-apartemen)
Pages
Sabtu, 05 Maret 2011
TULISAN SOFTSKILL BAHASA INDONESIA
Dibekuk, Otak Pembunuh Isteri Masinis
INDRAMAYU (Pos Kota) – Otak pembunuh istri masinis KA di Jatibarang, kemarin dibekuk Satreskrim Polres Indramayu di Kota Tegal, Jateng.
Wah, 35, penduduk Bok Gudang RT 12 RW 02 Desa/Kecamatan Jatibarang, Indramayu itu merupakan tetangga korban, almarhumah Ny. Sri Handayani, 45, yang tewas dengan sejumlah luka bekas senjata tajam di rumahnya saat ditinggal suami kerja jadi masinis KA, Rabu, 5 Mei 2010 lalu.
Kapolres Indramayu AKBP Rudi Setiawan dijumpai Pos Kota, kemarin menerangkan, Wa sempat mengelabui petugas, tersangka bekerja jadi penarik becak.
Dihadapan pemeriksa, Wah mengaku membunuh korban bersama beberapa teman dan membawa kabur hasil kejahatan berupa uang ratusan juta rupiah. Uang haram itu kemudian dibagi dengan pelaku lain. Wah memperoleh bagian Rp15 juta.
Kata kapolres, berdasarkan pengakuan Wah, sewaktu jenazah korban almarhumah Sri Handayani diusung ke pemakaman, tersangka pelaku utama yang rumahnya berhadapan dengan rumah korban sempat ikut mengantar ke pekuburan. Saat itu, warga dan tetangga sama sekali tak menaruh curiga terhadap War.
Jenazah almahum Sri Handayani pertama kali ditemukan Rabu pagi (5/5/2010) lalu oleh suaminya, Surpriyanto, 50, sepulang kerja curiga melihat rumahnya dalam keadaan tertutup. Suami korban memaksa masuk dan mendapati istrinya sudah tak bernyawa dengan beberapa luka bekas senjata tajam di kepala.(taryani/dms).
ANALISA :
Judul : “Dibekuk, Otak Pembunuh Isteri Masinis.”
Seharusnya :
Diringkus, Otak Pembunuh Istri Masinis.
Paragraf kedua : “Wah, 35, penduduk Bok Gudang RT 12 RW 02 Desa/Kecamatan Jatibarang, Indramayu itu merupakan tetangga korban, almarhumah Ny. Sri Handayani, 45, yang tewas dengan sejumlah luka bekas senjata tajam di rumahnya saat ditinggal suami kerja jadi masinis KA, Rabu, 5 Mei 2010 lalu.”
Seharusnya :
Wah, 35, penduduk Bok Gudang RT 12 RW 02 Desa/Kecamatan Jatibarang, Indramayu itu merupakan tetangga korban, almarhumah Ny. Sri Handayani, 45, yang tewas dengan sejumlah luka bekas senjata tajam di rumahnya saat ditinggal suaminya kerja menjadi masinis KA, Rabu, 5 Mei 2010 lalu.
Paragraph ketiga : “Kapolres Indramayu AKBP Rudi Setiawan dijumpai Pos Kota, kemarin menerangkan, Wa sempat mengelabui petugas, tersangka bekerja jadi penarik becak.”
Seharusnya :
Kapolres Indramayu AKBP Rudi Setiawan dijumpai Pos Kota, kemarin menerangkan, Wa sempat membohongi/menipu petugas, tersangka bekerja menjadi penarik becak.
Paragraph keempat : “Dihadapan pemeriksa, Wah mengaku membunuh korban bersama beberapa teman dan membawa kabur hasil kejahatan berupa uang ratusan juta rupiah. Uang haram itu kemudian dibagi dengan pelaku lain. Wah memperoleh bagian Rp15 juta.”
Seharusnya :
Dihadapan pemeriksa, Wah mengaku membunuh korban bersama beberapa teman dan membawa kabur hasil curian berupa uang ratusan juta rupiah. Uang haram itu kemudian dibagikan kepada pelaku lainnya. Wah memperoleh bagian Rp15 juta.
Paragraph kelima : “Kata kapolres, berdasarkan pengakuan Wah, sewaktu jenazah korban almarhumah Sri Handayani diusung ke pemakaman, tersangka pelaku utama yang rumahnya berhadapan dengan rumah korban sempat ikut mengantar ke pekuburan. Saat itu, warga dan tetangga sama sekali tak menaruh curiga terhadap War.”
Seharusnya :
Menurut Kapolres, berdasarkan pengakuan Wah, sewaktu jenazah korban almarhumah Sri Handayani dibawa ke pemakaman, tersangka pelaku utama yang rumahnya berhadapan dengan rumah korban sempat ikut mengantar ke pemakaman. Saat itu, warga dan tetangga sama sekali tidak menaruh curiga terhadap War.
Paragraph keenam : “Jenazah almahum Sri Handayani pertama kali ditemukan Rabu pagi (5/5/2010) lalu oleh suaminya, Surpriyanto, 50, sepulang kerja curiga melihat rumahnya dalam keadaan tertutup. Suami korban memaksa masuk dan mendapati istrinya sudah tak bernyawa dengan beberapa luka bekas senjata tajam di kepala.”
Seharusnya :
Jenazah almahum Sri Handayani pertama kali ditemukan Rabu pagi (5/5/2010). Lalu oleh suaminya, Surpriyanto, 50, setelah pulang dari kerja curiga melihat rumahnya dalam keadaan tertutup. Suami korban memaksa masuk dan menemukan istrinya sudah tak bernyawa dengan beberapa luka bekas senjata tajam di kepala.
DAFTAR PUSTAKA : (http://www.poskota.co.id/kriminal/2011/03/01/dibekuk-otak-pembunuh-isteri-masinis
INDRAMAYU (Pos Kota) – Otak pembunuh istri masinis KA di Jatibarang, kemarin dibekuk Satreskrim Polres Indramayu di Kota Tegal, Jateng.
Wah, 35, penduduk Bok Gudang RT 12 RW 02 Desa/Kecamatan Jatibarang, Indramayu itu merupakan tetangga korban, almarhumah Ny. Sri Handayani, 45, yang tewas dengan sejumlah luka bekas senjata tajam di rumahnya saat ditinggal suami kerja jadi masinis KA, Rabu, 5 Mei 2010 lalu.
Kapolres Indramayu AKBP Rudi Setiawan dijumpai Pos Kota, kemarin menerangkan, Wa sempat mengelabui petugas, tersangka bekerja jadi penarik becak.
Dihadapan pemeriksa, Wah mengaku membunuh korban bersama beberapa teman dan membawa kabur hasil kejahatan berupa uang ratusan juta rupiah. Uang haram itu kemudian dibagi dengan pelaku lain. Wah memperoleh bagian Rp15 juta.
Kata kapolres, berdasarkan pengakuan Wah, sewaktu jenazah korban almarhumah Sri Handayani diusung ke pemakaman, tersangka pelaku utama yang rumahnya berhadapan dengan rumah korban sempat ikut mengantar ke pekuburan. Saat itu, warga dan tetangga sama sekali tak menaruh curiga terhadap War.
Jenazah almahum Sri Handayani pertama kali ditemukan Rabu pagi (5/5/2010) lalu oleh suaminya, Surpriyanto, 50, sepulang kerja curiga melihat rumahnya dalam keadaan tertutup. Suami korban memaksa masuk dan mendapati istrinya sudah tak bernyawa dengan beberapa luka bekas senjata tajam di kepala.(taryani/dms).
ANALISA :
Judul : “Dibekuk, Otak Pembunuh Isteri Masinis.”
Seharusnya :
Diringkus, Otak Pembunuh Istri Masinis.
Paragraf kedua : “Wah, 35, penduduk Bok Gudang RT 12 RW 02 Desa/Kecamatan Jatibarang, Indramayu itu merupakan tetangga korban, almarhumah Ny. Sri Handayani, 45, yang tewas dengan sejumlah luka bekas senjata tajam di rumahnya saat ditinggal suami kerja jadi masinis KA, Rabu, 5 Mei 2010 lalu.”
Seharusnya :
Wah, 35, penduduk Bok Gudang RT 12 RW 02 Desa/Kecamatan Jatibarang, Indramayu itu merupakan tetangga korban, almarhumah Ny. Sri Handayani, 45, yang tewas dengan sejumlah luka bekas senjata tajam di rumahnya saat ditinggal suaminya kerja menjadi masinis KA, Rabu, 5 Mei 2010 lalu.
Paragraph ketiga : “Kapolres Indramayu AKBP Rudi Setiawan dijumpai Pos Kota, kemarin menerangkan, Wa sempat mengelabui petugas, tersangka bekerja jadi penarik becak.”
Seharusnya :
Kapolres Indramayu AKBP Rudi Setiawan dijumpai Pos Kota, kemarin menerangkan, Wa sempat membohongi/menipu petugas, tersangka bekerja menjadi penarik becak.
Paragraph keempat : “Dihadapan pemeriksa, Wah mengaku membunuh korban bersama beberapa teman dan membawa kabur hasil kejahatan berupa uang ratusan juta rupiah. Uang haram itu kemudian dibagi dengan pelaku lain. Wah memperoleh bagian Rp15 juta.”
Seharusnya :
Dihadapan pemeriksa, Wah mengaku membunuh korban bersama beberapa teman dan membawa kabur hasil curian berupa uang ratusan juta rupiah. Uang haram itu kemudian dibagikan kepada pelaku lainnya. Wah memperoleh bagian Rp15 juta.
Paragraph kelima : “Kata kapolres, berdasarkan pengakuan Wah, sewaktu jenazah korban almarhumah Sri Handayani diusung ke pemakaman, tersangka pelaku utama yang rumahnya berhadapan dengan rumah korban sempat ikut mengantar ke pekuburan. Saat itu, warga dan tetangga sama sekali tak menaruh curiga terhadap War.”
Seharusnya :
Menurut Kapolres, berdasarkan pengakuan Wah, sewaktu jenazah korban almarhumah Sri Handayani dibawa ke pemakaman, tersangka pelaku utama yang rumahnya berhadapan dengan rumah korban sempat ikut mengantar ke pemakaman. Saat itu, warga dan tetangga sama sekali tidak menaruh curiga terhadap War.
Paragraph keenam : “Jenazah almahum Sri Handayani pertama kali ditemukan Rabu pagi (5/5/2010) lalu oleh suaminya, Surpriyanto, 50, sepulang kerja curiga melihat rumahnya dalam keadaan tertutup. Suami korban memaksa masuk dan mendapati istrinya sudah tak bernyawa dengan beberapa luka bekas senjata tajam di kepala.”
Seharusnya :
Jenazah almahum Sri Handayani pertama kali ditemukan Rabu pagi (5/5/2010). Lalu oleh suaminya, Surpriyanto, 50, setelah pulang dari kerja curiga melihat rumahnya dalam keadaan tertutup. Suami korban memaksa masuk dan menemukan istrinya sudah tak bernyawa dengan beberapa luka bekas senjata tajam di kepala.
DAFTAR PUSTAKA : (http://www.poskota.co.id/kriminal/2011/03/01/dibekuk-otak-pembunuh-isteri-masinis
TUGAS BAHASA INDONESIA (PENALARAN DEDUKTIF DAN PENALARAN INDUKTIF)
BAB I
PENDAHULUAN
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Menurut Jujun Suriasumantri, Penalaran adalah suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai suatu kegiatan berfikir penalaran memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri pertama adalah proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola tertentu atau dengan kata lain menurut logika tertentu. Ciri yang kedua adalah sifat analitik dari proses berpikirnya. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Penalaran dibedakan menjadi dua macam, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umum.
BAB II
LANDASAN TEORI
Metode Dalam Menalar
Ada 2 jenis metode dalam menalar, yaitu deduktif dan induktif.
1. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Ciri – ciri Paragraf Deduktif
Ide pokok atau kalimat utamanya terletak di awal paragraf dan selanjutnya di ikuti oleh kalimat kalimat penjelas untuk mendukung kalimat utama.
Contoh Paragraf Deduktif
Setiap orang dilahirkan dan di besarkan di dalam lingkungan keluarga. Tak seorangpun yang tidak mengalami kehidupan di dalam keluarga. Pemeliharaan dan pembinaan seseorang anak adalah perwujudan cinta kasih kepada orang tua. Secara alamiah orang tua mempunyai rasa cinta kepada anak. Bagaimanapun keadaannya orang tua tetap akan memelihara dengan penuh kasih sayang terhadap anaknya.
Kalimat utama : Setiap orang dilahirkan dan di besarkan di dalam lingkungan keluarga
Kalimat penjelas : Tak seorangpun yang tidak mengalami kehidupan di dalam keluarga. Pemeliharaan dan pembinaan seseorang anak adalah perwujudan cinta kasih kepada orang tua. Secara alamiah orang tua mempunyai rasa cinta kepada anak. Bagaimanapun keadaannya orang tua tetap akan memelihara dengan penuh kasih sayang terhadap anaknya.
2. Penalaran Induktif
Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi. (http://agusheriyanto-media.blogspot.com/2009/06/penalaran-induktif-dan-penalaran.html)
Ciri – ciri Paragraf Induktif
- Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
- Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa
khusus
- Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
- Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
- Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf
- Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
- Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang
mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus
- Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasan
utama
Contoh Paragraf Induktif
Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku. Itulah beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional.
Kalimat utama : Itulah beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional.
Kalimat penjelas : Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku
BAB III
SIMPULAN
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Penalaran dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif.
Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik. Sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umum.
DAFTAR PUSTAKA
• (http://laizaemolife.blogspot.com/2009/11/penalaran-deduktif-induktif_04.html)
• (http://filsafat.kompasiana.com/2010/08/22/nalar-induktif-dan-nalar-deduktif/)
• (http://agusheriyanto-media.blogspot.com/2009/06/penalaran-induktif-dan-penalaran.html)
• (http://iaibcommunity.wordpress.com/2008/04/22/paragraf-deduktif-induktif-dan-deduktif-induktif/)
PENDAHULUAN
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Menurut Jujun Suriasumantri, Penalaran adalah suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai suatu kegiatan berfikir penalaran memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri pertama adalah proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola tertentu atau dengan kata lain menurut logika tertentu. Ciri yang kedua adalah sifat analitik dari proses berpikirnya. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Penalaran dibedakan menjadi dua macam, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umum.
BAB II
LANDASAN TEORI
Metode Dalam Menalar
Ada 2 jenis metode dalam menalar, yaitu deduktif dan induktif.
1. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Ciri – ciri Paragraf Deduktif
Ide pokok atau kalimat utamanya terletak di awal paragraf dan selanjutnya di ikuti oleh kalimat kalimat penjelas untuk mendukung kalimat utama.
Contoh Paragraf Deduktif
Setiap orang dilahirkan dan di besarkan di dalam lingkungan keluarga. Tak seorangpun yang tidak mengalami kehidupan di dalam keluarga. Pemeliharaan dan pembinaan seseorang anak adalah perwujudan cinta kasih kepada orang tua. Secara alamiah orang tua mempunyai rasa cinta kepada anak. Bagaimanapun keadaannya orang tua tetap akan memelihara dengan penuh kasih sayang terhadap anaknya.
Kalimat utama : Setiap orang dilahirkan dan di besarkan di dalam lingkungan keluarga
Kalimat penjelas : Tak seorangpun yang tidak mengalami kehidupan di dalam keluarga. Pemeliharaan dan pembinaan seseorang anak adalah perwujudan cinta kasih kepada orang tua. Secara alamiah orang tua mempunyai rasa cinta kepada anak. Bagaimanapun keadaannya orang tua tetap akan memelihara dengan penuh kasih sayang terhadap anaknya.
2. Penalaran Induktif
Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi. (http://agusheriyanto-media.blogspot.com/2009/06/penalaran-induktif-dan-penalaran.html)
Ciri – ciri Paragraf Induktif
- Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
- Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa
khusus
- Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
- Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
- Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf
- Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
- Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang
mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus
- Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasan
utama
Contoh Paragraf Induktif
Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku. Itulah beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional.
Kalimat utama : Itulah beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional.
Kalimat penjelas : Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku
BAB III
SIMPULAN
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Penalaran dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif.
Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik. Sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umum.
DAFTAR PUSTAKA
• (http://laizaemolife.blogspot.com/2009/11/penalaran-deduktif-induktif_04.html)
• (http://filsafat.kompasiana.com/2010/08/22/nalar-induktif-dan-nalar-deduktif/)
• (http://agusheriyanto-media.blogspot.com/2009/06/penalaran-induktif-dan-penalaran.html)
• (http://iaibcommunity.wordpress.com/2008/04/22/paragraf-deduktif-induktif-dan-deduktif-induktif/)
TUGAS BAHASA INDONESIA (KARANGAN) (3EA10)
BAB I PENDAHULUAN
Dalam pelajaran bahasa Indonesia tentunya kita mengenal adanya karangan. Karangan itu sendiri dapat diartikan sebagai hasil akhir dari pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan atau mengulas topik dan tema tertentu (Finoza, 2004:192). Menulis atau mengarang pada hakikatnya adalah menuangkan gagasan, pendapat gagasan, perasaan keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan ”mengirimkannya” kepada orang lain (Syafie’ie, 1988:78). Dalam hal ini, akan dibahas secara lebih lanjut mengenai karangan secara kompleks.
Untuk itu terlebih dahulu kita harus mengetahui bahwa karangan terbagi dalam tiga jenis, yaitu karangan ilmiah, karangan semi ilmiah, dan karangan non ilmiah.
BAB II. LANDASAN TEORI
Finoza dalam Alamsyah (2008 : 98) mengklasifikasikan karangan menurut bobot isinya atas 3 jenis, yaitu (1) karangan Ilmiah, (2) karangan semi ilmiah atau ilmiah populer, dan (3) karangan non ilmiah
1. KARANGAN ILMIAH
Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti. Untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca.
Istilah karya ilmiah disini adalah mengacu kepada karya tulis yang menyusun dan penyajiannya didasarkan pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Di lihat dari panjang pendeknya atau kedalaman uraiaan, karya tulis ilmiah dibedakan atas makalah (paper) dan laporan penelitian. Dalam penulisan, baik makalah maupun laporan penelitian, didasarkan pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Penyusunan dan penyajian karya semacam itu didahului oleh studi pustaka dan studi lapangan ( Azwardi, 2008 : 111). Yang tergolong ke dalam karangan ilmiah antara lain makalah, laporan, skripsi, tesis, disertasi.
Adapun karangan ilmiah itu, memiliki beberapa tujuan, antara lain :
1. memberi penjelasan,
2. memberi komentar atau penilaian,
3. memberi saran,
4. menyampaikan sanggahan,
5. membuktikan hipotesa.
Berdasarkan cara penyajian dan sasaran pembacanya, Karangan Ilmiah dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Karangan ilmiah populer
• yaitu karangan ilmiah yang disusun dengan sistematika penyajian yang populer/merakyat; dari sudut pembaca: dapat dipahami masyarakat umum.
• teknik penyusunan, sistematika, dan bahasa - populer, isi: ilmiah.
• contoh: buku petunjuk tentang cara-cara tertentu, psikologi populer, artikel surat kabar.
b. Karangan ilmiah akademis
• disusun berdasarkan 4 syarat karangan ilmiah
• karangan jenis ini disusun oleh masyarakat ilmiah Dan ditujukan untuk masyarakat ilmiah yang tertentu pula (pelajar, mahasiswa, ilmuwan, cendikiawan)
• masyarakat awam/umum sukar memahami
Pada bahasa ragam ilmiah, bahasa bentuk luas dan ide yang disampaikan melalui bahasa itu sebagai bentuk dalam, tidak dapat dipisahkan. Hal ini terlihat pada ciri bahasa ilmu, seperti berikut ini:
1. Baku. Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, baik mengenai struktur kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan kata istilah dan penulisan yang sesuai dengan kaidah ejaan.
2. Logis. Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal.
3. Denotatif yang berlawanan dengan konotatif. Kata yang digunakan atau dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya dan tidak diperhatikan perasaan karena sifat ilmu yang objektif.
4. Sistematis. Artinya semua yang dikemukakan disusun menurut urutan yang memperlihatkan kesinambungan
5. Tidak argumentatif.
6. Tidak persuasive.
Bentuk Karangan Ilmiah
1.Makalah
Makalah ialah karya tulis ilmiah yang menyajikan masalah atau topik dan dibahas berdasarkan data di lapangan atau kepustakaan; data itu bersifat empiris dan objektif.
2. Skripsi
Skripsi ialah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain (karya ilmiah S I). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar sarjana. Langsung (observasi lapangan) skripsi tidak langsung (studi kepustakaan).
3. Tesis
Tesis ialah karya tulis ilmiah yang mengungkapkan pengetahuan baru dengan melakukan pengujian terhadap suatu hipotesis. Tesis ini sifatnya lebih mendalam daripada skripsi (karya ilmiah S II). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar magister.
4.Disertasi
Disertasi ialah karya tulis ilmiah yang mengemukakan teori atau dalil baru yang dapat dibuktikan berdasarkan fakta secara empiris dan objektif (karya ilmiah S III). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar doktor.
2. KARANGAN SEMI ILMIAH
Karangan semi ilmiah adalah sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannyapun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis. Yang tergolong karangan semi ilmiah antara lain adalah artikel, editorial, opini, feuture, reportase.
Ciri- cirri karangan semi ilmiah :
1. Ditulis berdasarkan fakta pribadi.
2. Fakta yang di simpulkan subyektif.
3. Gaya bahasa formal dan populer.
4. Mementingkan diri penulis.
5. Melebih lebihkan sesuatu.
6. Usulan bersifat argumentatif.
7. Bersifat persuasive.
3. KARANGAN NON ILMIAH
Karangan Non Ilmiah (Fiksi) adalah Satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dsb. Yang tergolong dalam karangan non ilmiah antara lain biografi, opini, dongeng, hikayat, puisi, cerpen, novel, roman, dan naskah drama.
• Ciri- cirri karangan non ilmiah :
1. Bahasa yang digunakan tidak formal.
2. Bersifat persuasive.
3. Fakta bersifat subjektif.
4. Tidak memuat hipotesis
5. Tanpa dukungan bukti.
BAB III PEMBAHASAN
• Karangan Ilmiah (Makalah)
Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru masih menggunakan paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan peserta didik (siswa) merasa jenuh dan tersiksa. Oleh karena itu dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik (siswa), kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada.
B. Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca, khususnya para mahasiswa jurusan matematika, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Lampung agar nantinya dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif yang sesuai
dengan tingkat perkembangan siswa dan materi pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Model Pembelajaran Kooperatif
A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat
penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani(2005), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah model pembelajaran kooperatif.
Apakah model pembelajaran kooperatif itu? Model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain.
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
B. Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1.Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2.Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
3.kelompok mempunyai tujuan yang sama.
4.Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
5.Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
6.Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7.Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman
C. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat 6(enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif.
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.
2. Menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi kepada siswa.
3.Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru menginformasikan pengelompokan siswa.
4.Membimbing kelompok belajar.
Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok kelompok belajar.
5. Evaluasi.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
6.Memberikan penghargaan.
Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Tipe pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika.
Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks.
B. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Model STAD.
1.Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok
Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam kelompok-kelomok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4 - 6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada :
a).Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah)
Yang didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan tingkat prestasi seimbang.
b). Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll.
2. Penyajian Materi Pelajaran
a. Pendahuluan
Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya
b. Pengembangan
Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan-peranyaan diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain.
c. Praktek terkendali
Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita waktu lama.
3.Kegiatan kelompok
Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran.
4.Evaluasi
Dilakukan selama 45 - 60 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok.
5. Penghargaan kelompok
Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok. Dari hasil nilai perkembangan, maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti kelompok baik, hebat dan super.
6.Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok
Satu periode penilaian (3 – 4 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat bekerja dengan teman yang lain.
C. Materi Matematika yang Relevan dengan STAD.
Materi-materi matematika yang relevan dengan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah materi-materi yang hanya untuk memahami fakta-fakta, konsep-konsep dasar dan tidak memerlukan penalaran yang tinggidan juga hapalan, misalnya bilangan bulat, himpunan-himpunan, bilangan jam, dll. Dengan penyajian materi yang tepat dan menarik bagi siswa, seperti halnya pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memaksimalkan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
D. Keunggulan Model Pembelajaran Tipe STAD
Keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya kerja sama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok ter tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda
2. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam seting pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mengubah pembelajaran dari teacher center menjadi student centered.
3. Pada intinya konsep dari model pembelajaran tipe STAD adalah Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.
B. Saran
1.Diharapkan guru mengenalkan dan melatihkan keterampilan proses dan keterampilam kooperatif sebelum atau selama pembelajaran agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.
2.Agar pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses berorientasi pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat berjalan, sebaiknya guru membuat perencanaan mengajar materi pelajaran, dan menentukan semua konsep-konsep yang akan dikembangkan, dan untuk setiap konsep ditentukan metode atau pendekatan yang akan digunakan serta keterampilan proses yang akan dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ismail. (2003). Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP.
Sri Wardhani. (2006). Contoh Silabus dan RPP Matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.
Tim PPPG Matematika. (2003). Beberapa Teknik, Model dan Strategi Dalam
Pembelajaran Matematika. Bahan Ajar Diklat di PPPG Matematika, Yogyakarta: PPPG Matematika.
Widowati, Budijastuti. 2001 Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.
• Karangan Semi Ilmiah (Editorial)
Ketika Etik Sekedar Kode
Seusai kunjungan kerja BK (Badan Kehormatan) ke Yunani tahun 2010, hasil kunjungan itu kini menjadi bahan diskusi di DPR. Politikus Senayan sedang membenahi kode etik bagi mereka. Hanya sayang, kode etik yang akan dibenahi itu, oleh sebagian kalangan dinilai sebagai bentuk akal-akalan DPR semata, alias perubahan yang tak bermanfaat.
Kritik keras terhadap pembahasan perubahan itu dilayangkan oleh dua media nasional kita. Koran Tempo dalam editorial Sabtu (19/2) berjudul “Lemahnya Kode Etik DPR”, menulis, “Belajar etika hingga ke Yunani ternyata tak membuat politikus Senayan jadi lebih pintar sekaligus berintegritas. Mereka tak mampu merancang kode etik Dewan Perwakilan Rakyat dengan bahasa yang lugas dan tegas. “
Media Indonesia (MI) dalam editorial di tanggal yang sama lebih keras lagi. MI membuka editorialnya dengan judul, “Kode Etik yang tak Etis”. Dalam satu bagiannya, MI menulis, “Akal sehat anggota dewan memang sudah terbalik. Yang semestinya tidak perlu diatur malah ditetapkan. Sebaliknya, apa yang mestinya diperketat malah diperlonggar.
Kritik keras ini dilayangkan berkaitan dengan dimasukannya butir larangan anggota DPR untuk memasuki kompleks pelacuran dan perjudian. Bagi MI, bagian ini bagai bentuk sikap ragu anggota dewan terhadap asinnya laut, sehingga mereka pun masih memberi garam kepadanya. Maksud MI adalah, semestinya hal ini tidak perlu dimasukan lagi, mengingat sebagai pejabat publik dan beragama, anggota dewan itu sudah semestinya tau diri, bahwa “masuk” tempat pelacuran dan bermain judi adalah haram hukumnya.
Sejalan dengan itu, beberapa aturan justru diperlonggar, semisal anggota dewan dibolehkan menggunakan jabatannya untuk mengurus keperluan birokrasi. Merekapun dibolehkan merangkap jabatan di luar DPR. Bahkan aturan gratifikasi dihilangkan dari kode etik yang diupayakan segera disahkan ini.
Selain itu, katidaktegasan BK dalam menunaikan tugas juga menambah potensi bahwa daftar etika yang dibuat sekedar kode di atas kertas. Tanpa lembaga yang berwibawa dan konsisten menjaga martabat anggota dewan, percuma saja setiap aturan yang dibuat itu. Etika hanya akan sekedar kode di atas kertas yang “ompong” dan tak berguna di kemudian kelak.
Kinerja BK selama ini dinilai tak berdampak apa-apa terhadap kinerja dan menjaga martabat anggota DPR. Banyak aduhan ke BK yang tidak berujung hasil. Ambil contoh aduhan oleh sebagian LSM kaitan kunjungan BK ke Yunani yang dinilai melanggar aturan. Termasuk adanya sikap tidak etis—dengan mengabaikan—yang ditunjukan sebagian anggota dewan ketika bertemu sejumlah TKI yang terlantar di bandara Dubai Internasional.
Belum lagi sikap buruk sebagian anggota dewan dalam berbagai rapat dengar pendapat yang saling menghina. Bahkan ada seorang anggota dewan yang bersikap rasis sewaktu Komisi III DPR mengundang Jusuf Kalla dalam rapat Hak Angket Century tahun 2010, juga tidak diproses. Perihal kasus penghilangan ayat tembakau juga tidak ada proses yang menghasilkan.
Malahan, selama tahun 2010 BK terjebak dalam konflik internal yang berujung penarikan ketua BK oleh PDIP, Gayus Lumbuun. Singkat kata, dengan kondisi BK yang kian tak “bergigi” ini, mustahil aturan yang dituangkan dalam kode etik DPR itu bisa maksimal. Malahan sangat mungkin, berbagai aturan itu adalah sekumpulan etika yang hanya sekedar kode. Yang hanya bisa kita baca, terdengar tegas dalam wacana, namun “mandul” dalam penerapan. Salam KoDe!
• Karangan Non ilmiah (Cerpen)
Simpang Ajal
Cerpen Satmoko Budi Santoso
SELESAI sudah tugas Montenero. Karenanya, kini ia tinggal bunuh diri. Bunuh diri! Itu saja. Betapa tidak! Ia telah membunuh tiga orang itu sekaligus. Ya, tiga orang. Santa, orang yang dengan serta-merta memenggal kepala bapaknya ketika bapaknya menolak menandatangani selembar kertas yang berisi surat perjanjian untuk terikat dengan sebuah partai. Lantas Denta, yang ketika pembunuhan itu terjadi berusaha membungkam mulut bapaknya agar tidak berteriak, serta Martineau yang mengikatkan tali pada tubuh bapaknya agar bapaknya tak bergerak sedikit pun menjelang kematiannya. Karena itu, sekarang, Montenero sendiri tinggal bunuh diri!
"Selamat malam, Montenero. Sebaiknya kamu kubur dulu ketiga mayat itu baik-baik! Setelah itu, terserah!" ucap batin Montenero, meronta.
"Ya, kubur dulu! Lantas, selamat tinggal!" sisi kedirian batin Montenero yang lain menimpali.
Sesungguhnya Montenero memang tidak perlu menjumput beragam kebijaksanaan untuk sesegera mungkin mengubur mayat-mayat itu. Toh memang, tugas pembantaiannya telah usai. Dan dengan sendirinya, dendam yang bersemayam di dalam dirinya lunas terbalaskan.
"Tetapi, semestinya engkau mempunyai cukup rasa kemanusiaan untuk tidak membiarkan mayat-mayat itu menggeletak begitu saja karena kau bunuh! Kasihan tubuh mereka menggeletak! Semestinya jika dengan cepat mereka menjadi makanan belatung-belatung menggiriskan di dalam tanah. Bukan menjadi makanan empuk bagi lalat-lalat hijau!" Belati, yang telah menikam dada Santa, Denta, dan Martineau masing-masing sebanyak enam kali, yang sepertinya sangat tahu berontak batin Montenero, ikut angkat bicara.
Montenero menghela napas. Menggeliat.
"Ah, benar. Sudah semestinya. Sekarang, engkau harus bisa membebaskan pikiranmu dari angan-angan tentang balas dendam. Ingat, ketiga mayat itu telah menjadi seonggok daging yang tak berarti. Harus dikubur! Engkau harus mengubah pola pikir yang begitu konyol itu, Montenero," cecar sebilah Pedang, yang rencananya ia gunakan juga untuk membunuh, tetapi Santa, Denta, dan Martineau ternyata cukup memilih mati cuma dengan sebilah Belati.
"Oh ya. Ya. Aku ingat lagi sekarang. Engkau harus mempersiapkan banyak keberanian agar kau menjadi tidak gagu dalam bersikap. Jangan seperti ketika kau akan membunuh! Kau hunjamkan diriku ke dada ketiga mayat itu dengan gemetar. Sekarang, untuk menguburkan ketiga mayat itu, tak perlu ada denyut ragu yang berujung gemetaran badan, desah napas memburu, suara terengah-engah, dan keringat dingin yang keluar berleleran. Semua itu harus diubah. Dengan segera!"
Montenero melirik jam tangan. Kurang tiga puluhan menit kokok ayam bakalan meletup kejut. Ia menghapus keringat dingin yang perlahan-lahan tapi pasti mulai membanjiri muka dan tangannya.
"Cepat lakukan! Keberanian telah datang dengan sendirinya. Lakukan!"
Angin pagi mendesir. Jam tangan terus berdetak. Montenero pucat. Lunglai. Apa yang dikatakan oleh Belati dan Pedang itu ada benarnya. Tak ada kebijaksanaan lain menjelang pagi hari itu kecuali penguburan. Tentu saja, penguburan dengan segala kelayakannya. Ada dupa, bunga, kain pembungkus mayat, dan pastilah keberanian. Untuk yang terakhir, soal keberanian itu memang sudah sedikit dimiliki Montenero. Tetapi, untuk dupa, bunga, dan juga sesobek kain pembungkus mayat? Atau, pikiran tentang sesobek kain pembungkus mayat sungguh tak diperlukan lagi?
"Ah, begitu banyak pertimbangan kau! Ambillah cangkul! Gali tanah yang cukup untuk mengubur ketiga mayat itu sekaligus. Cepat! Tunggu apa lagi, ha?! Ayo, berikan kelayakan kematian kepada Santa, Denta, dan Martineau. Setidaknya, agar ruh mereka bisa sedikit tertawa di alam baka sana. Cepat Montenero! Waktu tinggal sebentar! Masih ada tugas-tugas lain yang harus kau panggul untuk mencipta sejarah. Sejarah, Montenero! Jangan main-main! Cepat! Ayo, dong. Cepat!!!"
Montenero diam. Terpaku. Ia sebenarnya memang tidak perlu mempertimbangkan apa-apa lagi kecuali segera mengubur ketiga mayat itu serapi mungkin, agar paginya tidak sia-sia karena dikorek-korek anjing. Lantas, selesai! Sejarah baru tergores. Bapaknya yang mati sangat mengenaskan dengan kepala terpenggal dari tubuhnya, terbalas sudah. Meskipun kematian Santa, Denta, dan Martineau tidak sempurna seperti kematian bapaknya, tetapi setidaknya mati. Itu saja. Karena hanya sisa keberanian itulah yang dimilikinya. Kebetulan memang juga mati, bukan? Tuntaslah cerita ibunya yang selalu membekas dalam ingatan dan membuatnya selalu berpikir dan bersikap semirip orang sableng.
Montenero memutuskan mengambil cangkul. Belati dan Pedang tertawa. Membuat Montenero kembali gundah, berada dalam sangkar kebingungan. Keringat berleleran lagi dari sekujur tubuhnya. Tangannya kembali gemetar. Dengan berteriak sekeras mungkin, Montenero membanting cangkul yang sudah tergenggam kencang di tangannya. Berarti keberaniannya sedikit hilang, bukan? Bahkan barangkali hilang sama sekali? Belati dan Pedang kebingungan. Keduanya pucat pasi. Motivasi apa yang mesti disuntikkan untuk membangkitkan kesadaran keberanian Montenero menjelang matahari terbit?
"Aku tak mampu lagi melakukan apa-apa. Aku telah menuntaskan tugasku. Aku telah mencipta…. Uh…. Semestinya kau tak menghimpitku dengan hal-hal kecil yang justru akan menjebakku pada rasa bersalah semacam ini!" dengan suara penuh gemetar, seolah dicekam oleh ketakutan entah apa, Montenero angkat bicara.
"O…. Kau menganggapnya hal kecil, Montenero? Harusnya aku tadi menolak untuk kau gunakan membunuh jika kau menganggap penguburan adalah sebagai hal yang kecil, remeh. O…. aku bisa saja mogok untuk membunuh bila akhirnya kau malah bimbang sikap semacam ini! Kau tahu, Montenero. Aku bisa balik mengubah keberanianmu untuk membunuh. Aku bisa tiba-tiba saja menikam dadamu sendiri di depan Santa, Denta, dan Martineau. Bangsat! Anjing, kau!!!"
Montenero terpaku. Suasana di sekitar tempat pembantaian itu merayap senyap. Montenero berulang-kali blingsatan. Montenero terus-menerus mengusap keringat yang berleleran membasahi sekujur wajah. Dan detik terus saja berdetak. Sesekali ia garuk-garuk kepala sembari berjalan mondar-mandir. Belati dan Pedang cuma memandangi saja. Bisa jadi, Belati dan Pedang memang sudah kehabisan kata-kata untuk memotivasi Montenero. Sesekali dilihatnya mayat Santa yang terbujur kaku, Denta yang terkapar melingkar bagai ular, dan Martineau yang jika diperhatikan secara jeli ternyata malah tersenyum di puncak kenyerian kematiannya.
"Bagaimana, Montenero? Bagaimana? Aku masih sanggup membikin keberanian buatmu. Belum terlambat, dan tak akan pernah terlambat. Aku masih bersabar bersama Pedang."
"Bagaimana?" Montenero mengusik tanya kepada dirinya sendiri.
"Terserah!"
"Bagaimana, Belati?"
"Terserah! Bagaimana dengan kamu, Montenero? Masih sanggup kau mendengar kata-kataku? Ok. Engkau masih bisa bekerja dengan cepat menanam ketiga mayat itu baik-baik. Ambillah cangkul itu. Keduklah tanah segera. Kuburkan mereka senyaman mungkin. Ah, bulan yang sebentar lagi bakalan angslup itu juga pasti merestui dan memandangimu dengan rasa puas. Barangkali, ia bakalan memberi ucapan selamat kepadamu. Kenapa engkau mesti terjebak pada rasa ragu? Ayo, aku senantiasa berada di belakangmu!"
Aih, ayam telah berkokok bersahutan. Meskipun ayam baru berkokok, keadaan di sekitar tempat pembantaian itu sudah cerah. Udara meruapkan kesegaran. Montenero terlambat. Ia belumlah membuat perhitungan-perhitungan untuk bergegas menyuruh Belati agar mau menikamkan diri ke dada Montenero yang kini telah disesaki gebalau bingung, ketololan, amarah, dan entah apa lagi, juga entah ditujukan buat siapa lagi. Montenero betul-betul lunglai, lenyap keberanian, tercipta goresan sejarah yang entah baru entah tidak.
BAB IV SIMPULAN
Dari hasil pembahasan di atas mengenai jenis karangan ilmiah, semi ilmiah dan non-ilmiah maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara masing-masing jenis karangan tersebut. Hal itu dapat dilihat dari pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan.. Karangan ilmiah yang merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti. Karangan semi ilmiah yang merupakan penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannya pun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis. Sedangkan karangan non-ilmiah yang merupakan tulisan yang isinya berupa kisah rekaan dan tidak memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah.
V. DAFTAR PUSTAKA
• http://www.ilmumanajemen.com/index.php?option=com_content&view=article&id=132:pkg&catid=41:mnpd&Itemid=29
• http://maizuddin.wordpress.com/2010/05/06/apakah-karya-tulis-ilmiah-itu/
• http://silvergrey23.blogspot.com/2010/11/wacana-non-ilmiah.html
• http://fuad30.blog.friendster.com/2008/10/karya-ilmiah/
• http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/07/karya-ilmiah-dan-non-ilmiah.html
Dalam pelajaran bahasa Indonesia tentunya kita mengenal adanya karangan. Karangan itu sendiri dapat diartikan sebagai hasil akhir dari pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan atau mengulas topik dan tema tertentu (Finoza, 2004:192). Menulis atau mengarang pada hakikatnya adalah menuangkan gagasan, pendapat gagasan, perasaan keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan ”mengirimkannya” kepada orang lain (Syafie’ie, 1988:78). Dalam hal ini, akan dibahas secara lebih lanjut mengenai karangan secara kompleks.
Untuk itu terlebih dahulu kita harus mengetahui bahwa karangan terbagi dalam tiga jenis, yaitu karangan ilmiah, karangan semi ilmiah, dan karangan non ilmiah.
BAB II. LANDASAN TEORI
Finoza dalam Alamsyah (2008 : 98) mengklasifikasikan karangan menurut bobot isinya atas 3 jenis, yaitu (1) karangan Ilmiah, (2) karangan semi ilmiah atau ilmiah populer, dan (3) karangan non ilmiah
1. KARANGAN ILMIAH
Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti. Untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca.
Istilah karya ilmiah disini adalah mengacu kepada karya tulis yang menyusun dan penyajiannya didasarkan pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Di lihat dari panjang pendeknya atau kedalaman uraiaan, karya tulis ilmiah dibedakan atas makalah (paper) dan laporan penelitian. Dalam penulisan, baik makalah maupun laporan penelitian, didasarkan pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Penyusunan dan penyajian karya semacam itu didahului oleh studi pustaka dan studi lapangan ( Azwardi, 2008 : 111). Yang tergolong ke dalam karangan ilmiah antara lain makalah, laporan, skripsi, tesis, disertasi.
Adapun karangan ilmiah itu, memiliki beberapa tujuan, antara lain :
1. memberi penjelasan,
2. memberi komentar atau penilaian,
3. memberi saran,
4. menyampaikan sanggahan,
5. membuktikan hipotesa.
Berdasarkan cara penyajian dan sasaran pembacanya, Karangan Ilmiah dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Karangan ilmiah populer
• yaitu karangan ilmiah yang disusun dengan sistematika penyajian yang populer/merakyat; dari sudut pembaca: dapat dipahami masyarakat umum.
• teknik penyusunan, sistematika, dan bahasa - populer, isi: ilmiah.
• contoh: buku petunjuk tentang cara-cara tertentu, psikologi populer, artikel surat kabar.
b. Karangan ilmiah akademis
• disusun berdasarkan 4 syarat karangan ilmiah
• karangan jenis ini disusun oleh masyarakat ilmiah Dan ditujukan untuk masyarakat ilmiah yang tertentu pula (pelajar, mahasiswa, ilmuwan, cendikiawan)
• masyarakat awam/umum sukar memahami
Pada bahasa ragam ilmiah, bahasa bentuk luas dan ide yang disampaikan melalui bahasa itu sebagai bentuk dalam, tidak dapat dipisahkan. Hal ini terlihat pada ciri bahasa ilmu, seperti berikut ini:
1. Baku. Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, baik mengenai struktur kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan kata istilah dan penulisan yang sesuai dengan kaidah ejaan.
2. Logis. Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal.
3. Denotatif yang berlawanan dengan konotatif. Kata yang digunakan atau dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya dan tidak diperhatikan perasaan karena sifat ilmu yang objektif.
4. Sistematis. Artinya semua yang dikemukakan disusun menurut urutan yang memperlihatkan kesinambungan
5. Tidak argumentatif.
6. Tidak persuasive.
Bentuk Karangan Ilmiah
1.Makalah
Makalah ialah karya tulis ilmiah yang menyajikan masalah atau topik dan dibahas berdasarkan data di lapangan atau kepustakaan; data itu bersifat empiris dan objektif.
2. Skripsi
Skripsi ialah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain (karya ilmiah S I). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar sarjana. Langsung (observasi lapangan) skripsi tidak langsung (studi kepustakaan).
3. Tesis
Tesis ialah karya tulis ilmiah yang mengungkapkan pengetahuan baru dengan melakukan pengujian terhadap suatu hipotesis. Tesis ini sifatnya lebih mendalam daripada skripsi (karya ilmiah S II). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar magister.
4.Disertasi
Disertasi ialah karya tulis ilmiah yang mengemukakan teori atau dalil baru yang dapat dibuktikan berdasarkan fakta secara empiris dan objektif (karya ilmiah S III). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar doktor.
2. KARANGAN SEMI ILMIAH
Karangan semi ilmiah adalah sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannyapun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis. Yang tergolong karangan semi ilmiah antara lain adalah artikel, editorial, opini, feuture, reportase.
Ciri- cirri karangan semi ilmiah :
1. Ditulis berdasarkan fakta pribadi.
2. Fakta yang di simpulkan subyektif.
3. Gaya bahasa formal dan populer.
4. Mementingkan diri penulis.
5. Melebih lebihkan sesuatu.
6. Usulan bersifat argumentatif.
7. Bersifat persuasive.
3. KARANGAN NON ILMIAH
Karangan Non Ilmiah (Fiksi) adalah Satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dsb. Yang tergolong dalam karangan non ilmiah antara lain biografi, opini, dongeng, hikayat, puisi, cerpen, novel, roman, dan naskah drama.
• Ciri- cirri karangan non ilmiah :
1. Bahasa yang digunakan tidak formal.
2. Bersifat persuasive.
3. Fakta bersifat subjektif.
4. Tidak memuat hipotesis
5. Tanpa dukungan bukti.
BAB III PEMBAHASAN
• Karangan Ilmiah (Makalah)
Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru masih menggunakan paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan peserta didik (siswa) merasa jenuh dan tersiksa. Oleh karena itu dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik (siswa), kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada.
B. Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca, khususnya para mahasiswa jurusan matematika, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Lampung agar nantinya dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif yang sesuai
dengan tingkat perkembangan siswa dan materi pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Model Pembelajaran Kooperatif
A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat
penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani(2005), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah model pembelajaran kooperatif.
Apakah model pembelajaran kooperatif itu? Model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain.
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
B. Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1.Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2.Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
3.kelompok mempunyai tujuan yang sama.
4.Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
5.Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
6.Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7.Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman
C. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat 6(enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif.
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.
2. Menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi kepada siswa.
3.Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru menginformasikan pengelompokan siswa.
4.Membimbing kelompok belajar.
Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok kelompok belajar.
5. Evaluasi.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
6.Memberikan penghargaan.
Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Tipe pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika.
Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks.
B. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Model STAD.
1.Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok
Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam kelompok-kelomok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4 - 6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada :
a).Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah)
Yang didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan tingkat prestasi seimbang.
b). Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll.
2. Penyajian Materi Pelajaran
a. Pendahuluan
Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya
b. Pengembangan
Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan-peranyaan diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain.
c. Praktek terkendali
Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita waktu lama.
3.Kegiatan kelompok
Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran.
4.Evaluasi
Dilakukan selama 45 - 60 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok.
5. Penghargaan kelompok
Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok. Dari hasil nilai perkembangan, maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti kelompok baik, hebat dan super.
6.Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok
Satu periode penilaian (3 – 4 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat bekerja dengan teman yang lain.
C. Materi Matematika yang Relevan dengan STAD.
Materi-materi matematika yang relevan dengan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah materi-materi yang hanya untuk memahami fakta-fakta, konsep-konsep dasar dan tidak memerlukan penalaran yang tinggidan juga hapalan, misalnya bilangan bulat, himpunan-himpunan, bilangan jam, dll. Dengan penyajian materi yang tepat dan menarik bagi siswa, seperti halnya pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memaksimalkan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
D. Keunggulan Model Pembelajaran Tipe STAD
Keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya kerja sama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok ter tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda
2. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam seting pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mengubah pembelajaran dari teacher center menjadi student centered.
3. Pada intinya konsep dari model pembelajaran tipe STAD adalah Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.
B. Saran
1.Diharapkan guru mengenalkan dan melatihkan keterampilan proses dan keterampilam kooperatif sebelum atau selama pembelajaran agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.
2.Agar pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses berorientasi pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat berjalan, sebaiknya guru membuat perencanaan mengajar materi pelajaran, dan menentukan semua konsep-konsep yang akan dikembangkan, dan untuk setiap konsep ditentukan metode atau pendekatan yang akan digunakan serta keterampilan proses yang akan dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ismail. (2003). Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP.
Sri Wardhani. (2006). Contoh Silabus dan RPP Matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.
Tim PPPG Matematika. (2003). Beberapa Teknik, Model dan Strategi Dalam
Pembelajaran Matematika. Bahan Ajar Diklat di PPPG Matematika, Yogyakarta: PPPG Matematika.
Widowati, Budijastuti. 2001 Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.
• Karangan Semi Ilmiah (Editorial)
Ketika Etik Sekedar Kode
Seusai kunjungan kerja BK (Badan Kehormatan) ke Yunani tahun 2010, hasil kunjungan itu kini menjadi bahan diskusi di DPR. Politikus Senayan sedang membenahi kode etik bagi mereka. Hanya sayang, kode etik yang akan dibenahi itu, oleh sebagian kalangan dinilai sebagai bentuk akal-akalan DPR semata, alias perubahan yang tak bermanfaat.
Kritik keras terhadap pembahasan perubahan itu dilayangkan oleh dua media nasional kita. Koran Tempo dalam editorial Sabtu (19/2) berjudul “Lemahnya Kode Etik DPR”, menulis, “Belajar etika hingga ke Yunani ternyata tak membuat politikus Senayan jadi lebih pintar sekaligus berintegritas. Mereka tak mampu merancang kode etik Dewan Perwakilan Rakyat dengan bahasa yang lugas dan tegas. “
Media Indonesia (MI) dalam editorial di tanggal yang sama lebih keras lagi. MI membuka editorialnya dengan judul, “Kode Etik yang tak Etis”. Dalam satu bagiannya, MI menulis, “Akal sehat anggota dewan memang sudah terbalik. Yang semestinya tidak perlu diatur malah ditetapkan. Sebaliknya, apa yang mestinya diperketat malah diperlonggar.
Kritik keras ini dilayangkan berkaitan dengan dimasukannya butir larangan anggota DPR untuk memasuki kompleks pelacuran dan perjudian. Bagi MI, bagian ini bagai bentuk sikap ragu anggota dewan terhadap asinnya laut, sehingga mereka pun masih memberi garam kepadanya. Maksud MI adalah, semestinya hal ini tidak perlu dimasukan lagi, mengingat sebagai pejabat publik dan beragama, anggota dewan itu sudah semestinya tau diri, bahwa “masuk” tempat pelacuran dan bermain judi adalah haram hukumnya.
Sejalan dengan itu, beberapa aturan justru diperlonggar, semisal anggota dewan dibolehkan menggunakan jabatannya untuk mengurus keperluan birokrasi. Merekapun dibolehkan merangkap jabatan di luar DPR. Bahkan aturan gratifikasi dihilangkan dari kode etik yang diupayakan segera disahkan ini.
Selain itu, katidaktegasan BK dalam menunaikan tugas juga menambah potensi bahwa daftar etika yang dibuat sekedar kode di atas kertas. Tanpa lembaga yang berwibawa dan konsisten menjaga martabat anggota dewan, percuma saja setiap aturan yang dibuat itu. Etika hanya akan sekedar kode di atas kertas yang “ompong” dan tak berguna di kemudian kelak.
Kinerja BK selama ini dinilai tak berdampak apa-apa terhadap kinerja dan menjaga martabat anggota DPR. Banyak aduhan ke BK yang tidak berujung hasil. Ambil contoh aduhan oleh sebagian LSM kaitan kunjungan BK ke Yunani yang dinilai melanggar aturan. Termasuk adanya sikap tidak etis—dengan mengabaikan—yang ditunjukan sebagian anggota dewan ketika bertemu sejumlah TKI yang terlantar di bandara Dubai Internasional.
Belum lagi sikap buruk sebagian anggota dewan dalam berbagai rapat dengar pendapat yang saling menghina. Bahkan ada seorang anggota dewan yang bersikap rasis sewaktu Komisi III DPR mengundang Jusuf Kalla dalam rapat Hak Angket Century tahun 2010, juga tidak diproses. Perihal kasus penghilangan ayat tembakau juga tidak ada proses yang menghasilkan.
Malahan, selama tahun 2010 BK terjebak dalam konflik internal yang berujung penarikan ketua BK oleh PDIP, Gayus Lumbuun. Singkat kata, dengan kondisi BK yang kian tak “bergigi” ini, mustahil aturan yang dituangkan dalam kode etik DPR itu bisa maksimal. Malahan sangat mungkin, berbagai aturan itu adalah sekumpulan etika yang hanya sekedar kode. Yang hanya bisa kita baca, terdengar tegas dalam wacana, namun “mandul” dalam penerapan. Salam KoDe!
• Karangan Non ilmiah (Cerpen)
Simpang Ajal
Cerpen Satmoko Budi Santoso
SELESAI sudah tugas Montenero. Karenanya, kini ia tinggal bunuh diri. Bunuh diri! Itu saja. Betapa tidak! Ia telah membunuh tiga orang itu sekaligus. Ya, tiga orang. Santa, orang yang dengan serta-merta memenggal kepala bapaknya ketika bapaknya menolak menandatangani selembar kertas yang berisi surat perjanjian untuk terikat dengan sebuah partai. Lantas Denta, yang ketika pembunuhan itu terjadi berusaha membungkam mulut bapaknya agar tidak berteriak, serta Martineau yang mengikatkan tali pada tubuh bapaknya agar bapaknya tak bergerak sedikit pun menjelang kematiannya. Karena itu, sekarang, Montenero sendiri tinggal bunuh diri!
"Selamat malam, Montenero. Sebaiknya kamu kubur dulu ketiga mayat itu baik-baik! Setelah itu, terserah!" ucap batin Montenero, meronta.
"Ya, kubur dulu! Lantas, selamat tinggal!" sisi kedirian batin Montenero yang lain menimpali.
Sesungguhnya Montenero memang tidak perlu menjumput beragam kebijaksanaan untuk sesegera mungkin mengubur mayat-mayat itu. Toh memang, tugas pembantaiannya telah usai. Dan dengan sendirinya, dendam yang bersemayam di dalam dirinya lunas terbalaskan.
"Tetapi, semestinya engkau mempunyai cukup rasa kemanusiaan untuk tidak membiarkan mayat-mayat itu menggeletak begitu saja karena kau bunuh! Kasihan tubuh mereka menggeletak! Semestinya jika dengan cepat mereka menjadi makanan belatung-belatung menggiriskan di dalam tanah. Bukan menjadi makanan empuk bagi lalat-lalat hijau!" Belati, yang telah menikam dada Santa, Denta, dan Martineau masing-masing sebanyak enam kali, yang sepertinya sangat tahu berontak batin Montenero, ikut angkat bicara.
Montenero menghela napas. Menggeliat.
"Ah, benar. Sudah semestinya. Sekarang, engkau harus bisa membebaskan pikiranmu dari angan-angan tentang balas dendam. Ingat, ketiga mayat itu telah menjadi seonggok daging yang tak berarti. Harus dikubur! Engkau harus mengubah pola pikir yang begitu konyol itu, Montenero," cecar sebilah Pedang, yang rencananya ia gunakan juga untuk membunuh, tetapi Santa, Denta, dan Martineau ternyata cukup memilih mati cuma dengan sebilah Belati.
"Oh ya. Ya. Aku ingat lagi sekarang. Engkau harus mempersiapkan banyak keberanian agar kau menjadi tidak gagu dalam bersikap. Jangan seperti ketika kau akan membunuh! Kau hunjamkan diriku ke dada ketiga mayat itu dengan gemetar. Sekarang, untuk menguburkan ketiga mayat itu, tak perlu ada denyut ragu yang berujung gemetaran badan, desah napas memburu, suara terengah-engah, dan keringat dingin yang keluar berleleran. Semua itu harus diubah. Dengan segera!"
Montenero melirik jam tangan. Kurang tiga puluhan menit kokok ayam bakalan meletup kejut. Ia menghapus keringat dingin yang perlahan-lahan tapi pasti mulai membanjiri muka dan tangannya.
"Cepat lakukan! Keberanian telah datang dengan sendirinya. Lakukan!"
Angin pagi mendesir. Jam tangan terus berdetak. Montenero pucat. Lunglai. Apa yang dikatakan oleh Belati dan Pedang itu ada benarnya. Tak ada kebijaksanaan lain menjelang pagi hari itu kecuali penguburan. Tentu saja, penguburan dengan segala kelayakannya. Ada dupa, bunga, kain pembungkus mayat, dan pastilah keberanian. Untuk yang terakhir, soal keberanian itu memang sudah sedikit dimiliki Montenero. Tetapi, untuk dupa, bunga, dan juga sesobek kain pembungkus mayat? Atau, pikiran tentang sesobek kain pembungkus mayat sungguh tak diperlukan lagi?
"Ah, begitu banyak pertimbangan kau! Ambillah cangkul! Gali tanah yang cukup untuk mengubur ketiga mayat itu sekaligus. Cepat! Tunggu apa lagi, ha?! Ayo, berikan kelayakan kematian kepada Santa, Denta, dan Martineau. Setidaknya, agar ruh mereka bisa sedikit tertawa di alam baka sana. Cepat Montenero! Waktu tinggal sebentar! Masih ada tugas-tugas lain yang harus kau panggul untuk mencipta sejarah. Sejarah, Montenero! Jangan main-main! Cepat! Ayo, dong. Cepat!!!"
Montenero diam. Terpaku. Ia sebenarnya memang tidak perlu mempertimbangkan apa-apa lagi kecuali segera mengubur ketiga mayat itu serapi mungkin, agar paginya tidak sia-sia karena dikorek-korek anjing. Lantas, selesai! Sejarah baru tergores. Bapaknya yang mati sangat mengenaskan dengan kepala terpenggal dari tubuhnya, terbalas sudah. Meskipun kematian Santa, Denta, dan Martineau tidak sempurna seperti kematian bapaknya, tetapi setidaknya mati. Itu saja. Karena hanya sisa keberanian itulah yang dimilikinya. Kebetulan memang juga mati, bukan? Tuntaslah cerita ibunya yang selalu membekas dalam ingatan dan membuatnya selalu berpikir dan bersikap semirip orang sableng.
Montenero memutuskan mengambil cangkul. Belati dan Pedang tertawa. Membuat Montenero kembali gundah, berada dalam sangkar kebingungan. Keringat berleleran lagi dari sekujur tubuhnya. Tangannya kembali gemetar. Dengan berteriak sekeras mungkin, Montenero membanting cangkul yang sudah tergenggam kencang di tangannya. Berarti keberaniannya sedikit hilang, bukan? Bahkan barangkali hilang sama sekali? Belati dan Pedang kebingungan. Keduanya pucat pasi. Motivasi apa yang mesti disuntikkan untuk membangkitkan kesadaran keberanian Montenero menjelang matahari terbit?
"Aku tak mampu lagi melakukan apa-apa. Aku telah menuntaskan tugasku. Aku telah mencipta…. Uh…. Semestinya kau tak menghimpitku dengan hal-hal kecil yang justru akan menjebakku pada rasa bersalah semacam ini!" dengan suara penuh gemetar, seolah dicekam oleh ketakutan entah apa, Montenero angkat bicara.
"O…. Kau menganggapnya hal kecil, Montenero? Harusnya aku tadi menolak untuk kau gunakan membunuh jika kau menganggap penguburan adalah sebagai hal yang kecil, remeh. O…. aku bisa saja mogok untuk membunuh bila akhirnya kau malah bimbang sikap semacam ini! Kau tahu, Montenero. Aku bisa balik mengubah keberanianmu untuk membunuh. Aku bisa tiba-tiba saja menikam dadamu sendiri di depan Santa, Denta, dan Martineau. Bangsat! Anjing, kau!!!"
Montenero terpaku. Suasana di sekitar tempat pembantaian itu merayap senyap. Montenero berulang-kali blingsatan. Montenero terus-menerus mengusap keringat yang berleleran membasahi sekujur wajah. Dan detik terus saja berdetak. Sesekali ia garuk-garuk kepala sembari berjalan mondar-mandir. Belati dan Pedang cuma memandangi saja. Bisa jadi, Belati dan Pedang memang sudah kehabisan kata-kata untuk memotivasi Montenero. Sesekali dilihatnya mayat Santa yang terbujur kaku, Denta yang terkapar melingkar bagai ular, dan Martineau yang jika diperhatikan secara jeli ternyata malah tersenyum di puncak kenyerian kematiannya.
"Bagaimana, Montenero? Bagaimana? Aku masih sanggup membikin keberanian buatmu. Belum terlambat, dan tak akan pernah terlambat. Aku masih bersabar bersama Pedang."
"Bagaimana?" Montenero mengusik tanya kepada dirinya sendiri.
"Terserah!"
"Bagaimana, Belati?"
"Terserah! Bagaimana dengan kamu, Montenero? Masih sanggup kau mendengar kata-kataku? Ok. Engkau masih bisa bekerja dengan cepat menanam ketiga mayat itu baik-baik. Ambillah cangkul itu. Keduklah tanah segera. Kuburkan mereka senyaman mungkin. Ah, bulan yang sebentar lagi bakalan angslup itu juga pasti merestui dan memandangimu dengan rasa puas. Barangkali, ia bakalan memberi ucapan selamat kepadamu. Kenapa engkau mesti terjebak pada rasa ragu? Ayo, aku senantiasa berada di belakangmu!"
Aih, ayam telah berkokok bersahutan. Meskipun ayam baru berkokok, keadaan di sekitar tempat pembantaian itu sudah cerah. Udara meruapkan kesegaran. Montenero terlambat. Ia belumlah membuat perhitungan-perhitungan untuk bergegas menyuruh Belati agar mau menikamkan diri ke dada Montenero yang kini telah disesaki gebalau bingung, ketololan, amarah, dan entah apa lagi, juga entah ditujukan buat siapa lagi. Montenero betul-betul lunglai, lenyap keberanian, tercipta goresan sejarah yang entah baru entah tidak.
BAB IV SIMPULAN
Dari hasil pembahasan di atas mengenai jenis karangan ilmiah, semi ilmiah dan non-ilmiah maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara masing-masing jenis karangan tersebut. Hal itu dapat dilihat dari pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan.. Karangan ilmiah yang merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti. Karangan semi ilmiah yang merupakan penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannya pun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis. Sedangkan karangan non-ilmiah yang merupakan tulisan yang isinya berupa kisah rekaan dan tidak memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah.
V. DAFTAR PUSTAKA
• http://www.ilmumanajemen.com/index.php?option=com_content&view=article&id=132:pkg&catid=41:mnpd&Itemid=29
• http://maizuddin.wordpress.com/2010/05/06/apakah-karya-tulis-ilmiah-itu/
• http://silvergrey23.blogspot.com/2010/11/wacana-non-ilmiah.html
• http://fuad30.blog.friendster.com/2008/10/karya-ilmiah/
• http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/07/karya-ilmiah-dan-non-ilmiah.html
this me.. :D
Labels
Mengenai Saya
- all about susan
- hmmmpppp .. menilai diri sendiri itu ga' mudah,, so far gw cuma wanita biasa yg punya sejuta mimpi & harapan yg segera ingin diwujudkan!Entah penilaian orang apa, tapi.. gw ingin dikagumi bkn krn fisik semata tp inner beauty dlm diri gw.gw hanya hamba ALLAH yang berusaha menjadi KEBANGGAAN utk keluarga, sahabat, maupun di hadapan-NYA.
Pengikut
Diberdayakan oleh Blogger.